INDONESIA LEMBEK MENGHADAPI MALAYSIA
Ane baru liat koran Surya hari ni berita kok heboh tentang "Ganyang Malaysia",...jadi pengin ngshrare berita itu ke agan-agan n sobat-sobat sekalian,....so langsung ke TKP aja ya,..ni dia,....>
Rindu Bung Karno pada Demo Anti-Malaysia
Pemerintah Perlu Tiru Keberaniannya
Surabaya-SURYA- Melihat lembeknya diplomasi pemerintah Indonesia dalam menghadapi kesombongan Malaysia pada kasus penangkapan petugas Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP), kini muncul semangat kerinduan terhadap ketegasan sikap dan keberanian seperti yang ditunjukkan oleh presiden pertama RI, Bung Karno.
Kerinduan itu terlihat dalam beberapa demo memrotes Malaysia, serta dari komentar-komentar sejumlah elemen rakyat tentang sikap pemerintah Indonesia saat ini. Sejumlah seniman Surabaya, misalnya, kemarin menggelar aksi demo “Ganyang Malaysia” dengan membawa replika senjata perang dan melindas bendera Malaysia dengan kendaraan bermotor.
Mereka membawa pula poster-poster bertuliskan “Go to Hell with Malaysia”, serta “Atas nama Nasionalisme, Sweeping Warga Malaysia. Ini Diperintah oleh Bung Karno”.
Di tempat terpisah, Wali kota Surabaya Bambang DH turut geregetan dengan sikap pemerintah Indonesia yang dinilainya terlalu lembut dalam meladeni Malaysia. Menurut Bambang, semestinya menghadapi kesombongan Malaysia, Kementerian Luar Negeri Indonesia tegas.
“Kenapa tidak serukan ganyang Malaysia seperti zaman Bung Karno dulu. Ini cermin bahwa mewujudkan masyarakat merdeka, berdaulat, adil dan makmur itu masih sangat jauh untuk dicapai di Indonesia,” kata Bambang saat meresmikan Sentra Pasar Ikan Hias Surabaya, Kamis (26/8).
Untuk diketahui, di Indonesia, kalimat go to hell (yang arti harfiahnya `pergilah ke neraka`) populer ketika diucapkan Bung Karno pada pertengahan 1960-an. Saat itu Bung Karno dengan tegas menolak bantuan Amerika Serikat, yang dianggapnya punya tujuan politik tertentu, sehingga bisa mengurangi kedaulatan Indonesia.
Sedangkan jargon Ganyang Malaysia menggema di Indonesia karena merupakan judul pidato Bung Karno pada 12 April 1963. Pidato itu sebagai respons atas demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur.
Kala itu, para demonstran Malaysia menyerbu gedung Kedutaan Besar RI di sana, merobek-robek foto Bung Karno, serta lambang Negara Garuda Pancasila diinjak-injak. Amarah Bung Karno pun meledak, yang ditumpahkan dalam pidato Ganyang Malaysia itu. Berikut isi pidato Ganyang Malaysia, yang bersejarah itu:
Kalau kita lapar, itu biasa
Kalau kita malu, itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan, hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysia keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan, serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini. Kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganyang…
Ganyang… Malaysia
Ganyang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita baja
Peluru kita banyak
Nyawa kita banyak
Bila perlu satu (lawan) satu!
Seperti diketahui, reaksi keras muncul dari berbagai elemen rakyat Indonesia terhadap aksi penangkapan tiga petugas DKP Indonesia oleh Kepolisian Perairan Malaysia pada 13 Agustus lalu. Rakyat geram karena tiga petugas DKP tersebut dinilai tak bersalah. Kepolisian Malaysia dianggap melecehkan Indonesia karena aparat DKP tersebut ditangkap saat menjalankan tugas menangkap tujuh nelayan Malaysia yang mengeruk ikan di wilayah kedaulatan Indonesia di sekitar perairan Berakit, provinsi Kepulauan Riau.
Diplomasi kemudian dilakukan pemerintah Indonesia, dan terjadilah pertukaran. Para petugas DKP itu dibebaskan Malaysia saat Indonesia juga membebaskan tujuh nelayan tersebut. Pertukaran ini dianggap sejumlah elemen rakyat, termasuk anggota DPR, sebagai langkah lembek pemerintah Indonesia. Indonesia dinilai tunduk pada Malaysia yang sebetulnya bersalah.
Kecaman atas sikap lembek pemerintah Indonesia terhadap Malaysia juga muncul dari wakil rakyat. Wakil Ketua DPR Pramono Anung mendesak pemerintah bersikap lebih keras dan tegas kepada Malaysia. Selama ini negara itu dinilainya telah banyak merugikan.
“Sudah waktunya pemerintah ambil langkah tegas. Kalau Malaysia sekarang mengeluarkan peringatan agar warganya tak berkunjung ke Indonesia atau travel advisory, Indonesia harus lebih keras tanggapannya,” kata Pramono di Gedung DPR, Jakarta.
Menurut Pramono, Malaysia berulang kali melakukan hal-hal yang mengusik rasa kebangsaan Indonesia. Ia mencontohkan, antara lain, klaim Malaysia terhadap Batik, Reog Ponorogo, Angklung, dan lagu Rasa Sayange. Apa yang dilakukan Malaysia, jelas Pramono, telah menunjukkan sudah tidak sebagai negara serumpun.
Sedangkan Wakil Ketua Komisi I DPR, Hayono Isman meminta pemerintah Indonesia mendesak Malaysia meminta maaf atas berbagai pelanggaran yang mereka lakukan. Kalau Malaysia tak mau minta maaf, itu sama artinya negara tersebut tidak menghargai Indonesia.
Komisi I DPR, kata Hayono yang dari Partai Demokrat itu, terus mengikuti perkembangan penanganan kasus pelanggaran yang dilakukan Malaysia.
“Bila tak ada perkembangan lebih baik, kita dorong kasus ini ke Sidang Paripurna DPR. Supaya ada kekuatan yang lebih besar dan menunjukkan kepada Malaysia bahwa kasus ini tidak main-main,” kata Hayono.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden bidang Politik, Daniel Sparingga mengatakan, Presiden SBY sebetulnya juga mempunyai perasaan yang sama seperti yang dirasakan masyarakat luas.
Kendati begitu, lanjut Daniel, Presiden harus bersikap bijaksana. Sebagai kepala negara, dia tetap harus mematuhi ketentuan dan kepatutan dalam hubungan antarnegara, termasuk dengan Malaysia. “Presiden harus memastikan semua cara damai dalam menyikapi perbedaan, termasuk dalam hal sengketa,” ujar Daniel.
Tetapi, ketika menyangkut hal pokok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti ancaman terhadap kedaulatan, teritorial, dan kehormatan, presiden tak mempunyai pilihan lain kecuali membela sepenuhnya.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto mengatakan, Presiden akan berkirim surat kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia, Datuk Seri Najib Tun Razak, terkait kasus ini. Inti isi suratnya, SBY mengajak Malaysia mempercepat proses perundingan perbatasan dan menyelesaikan semua masalah yang ada secara baik.
“Beliau berdua juga berupaya bagaimana agar suasana ini sejuk kembali,” kata Djoko dalam buka puasa bersama di Jakarta, Jumat (27/8).nytz/ant/sko/sctv/dtc
Nich link beritanya:http://www.surya.co.id/2010/08/28/inilah-pidato-ganyang-malaysia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar